Wednesday, July 21, 2010

Galangan Kapal China

Saya kutip artikel di bawah ini dari 
Indonesia Maritime Club
Galangan Kapal Cina mendapat pesanan pembangunan kapal khusus
Tuesday, Jul 13, 2010
Perjanjian pembangunan kapal baru antara A2SEA ( anak perusahaan Dong Energy A/S/) dan perusahaan Galangan Kapal Cina, COSCO Group Co., Ltd telah ditanda tangani. Kapal baru ini adalah kapal khusus untuk pembangunan Menara Angin Tenaga Listrik dilepas pantai. Kontrak yang dikantongi Perusahaan Galangan Kapal Cina ini berharga sejumlah USD 139 Juta. Anak perusahaan Dong Energy S/A ini adalah perusahaan yang menjadi pelopor dalam pembangunan Tenaga Listrik Menara Angin Lepas Pantai.
Kapal baru ini direncanakan akan selesai pembangunannya pada pertenganhan tahun 2012 dan akan diberi nama ‘Sea Installer”
Kapal khusus ini akan dilengkapi dengan dongkrak hydrolis ( jack-up vessel) dilautan engan kedalaman sampai 45 meter. Direncanakan kapal ini akan beroperasi di lepas pantai Inggris maupun dipantai-pantai negara lainnya diseluruh dunia.
Frderik Hansen, CEO dari A2SEA, mengatakan bahwa dengan bertambahnya proyek Pengadaan Tenaga listrik dengan memakai Menara Angin lepas pantai,keberadaan kapal “SEA INSTALLER” yang diperlengkapi dengan alat-alat yang serba baru dapat memenuhi kebutuhan para langganan dimasa depan dan diharapkan akan tetap menjadi perusahaan utama dalam usaha-usaha pembangunan Menara Angin Tenaga Listrik Lepas Pantai didunia.\
Kapal jenis ini akan menekan jangka waktu pembangunan Menara Angin Tenaga Listrik Lepas Pantai. Penekanan jangka waktu ini adalah merupakan faktor utama dalam usaha untuk menekan ongkos semurah mungkin dalam pembanguan Menara Angin Tenaga Listrik Lepas Pantai. Dalam rancangan dini SEA INSTALLER ini, direncanakan untuk dapat mengangkut paing sedikit 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) Menara Angin Tenaga Listrik Lepas Pantai komplit dengan turbine dan generator pembangkit tenaga listriknya. Kemampuan mengangkut lebih banyak peralatan Menara Angin Tenaga Listrik Lepas Pantai ini dalam satu pelayaran, merupakan suatu hal mustahil dalam waktu sekarang ini.
Keterangan diatas, merupakan suatu hal yang dapat dikatakan membuka “pintu” baru dalam usaha Pemerintah R.I. dalam pengadaan Tenaga Listrik Nasional. Diluar Pulau-pulau besar sperti Sumatra, Kalimantan Jawa, Sulawesi dan Papua, pengadaan tenaga listrik dilepas pantai apakah dengan tenaga angin atau tenaga air laut sewaktu pasang surut maupun “arus laut” yang selalu mengarah kesatu jurusan, misalnya Selat Bali, sudah waktunya untuk diraih hasilnya. Pengadaan tenaga listrik dengan angin dipantai lepas dan arus laut merupakan tenaga yang tak akan habis-habisnya dibandingkan dengan batubara atau minyak.
Juga tidak perlu mengadakan “research” yang mendalam seperti dalam hal Pengadaan Tenaga Listrik Nuklir. Juga menghindari hal-hal yang tak perlu seperti “syak wasangka” dunia Barat seperti halnya pengadaan tenaga listrik nuklir di Iran.
Dengan mengembangkan dan memeperdayakan tenaga yang tersedia di lepas pantai ini, menghemat persediaan batubara dan minyak. Dan seandainya usaha pembangunan Menara Angin Lepas Pantai ini dikaitkan dengan pembangunan “kodominium rumah ikan” akan membawa suatu jalan dalam menuju kemakmuran Negara dan Bangsa. .
Facts about SEA INSTALLER: .
· Length: 132 metres .
· Breadth: 39 metres .
· Draft: 5.8 metres .
· Speed: 12 knots .
· Crane capacity: 900 tons .
· Loading area: 3200 sqm. .
· Loading capacity: 5000 tons .
· Able to jack-up at water depths of up to 45 metres .
· Capable of carrying eight to ten offshore wind turbines (Towers, nacelles and blades) .
· Able to carry up 60 people (crew and installation personnel).
Dikutip dan diterjemahkan bebas dari Ship Building News July 13,2010




Berita baik:




Setelah memakan waktu kurang lebih 3,5 bulan akhirnya Kapal Spirit of Majapahit telah selesai di rekonstruksi. Rekonstruksi ini memakan bahan kayu kurang lebih 27 meter kubik dan dibangun oleh para pendekar Pantai Sloppeng Sumenep, madura. Menggunakan kayu jati yang hanya ada di negara tropis kapal spirit of majapahit semakin kokoh kekuatannya. Peluncuran kapal telah dilakukan pada tanggal 24 juni 2010 disaksikan sekitar 500 orang pengunjung yang memadati Pantai Sloppeng, Sumenep sejak jam 09.00 pagi. Ditarik oleh 150 orang sampai pukul 14.00 WIb kapal belum beranjak dari tempatnya. Informasi lebih lengkap kunjungi web site Ekspedisi Kapal Spirit of Majapahit
www.spiritmajapahit.com
Anwari Doel Arnowo - Toronto - 21 Juli, 2010




Thursday, April 22, 2010

Kondisi Permukaan tanah dan laut di indonesia

http://www.kompas.com/lipsus112009/gjread/2009/12/17/06583683/Kenaikan.Paras.Muka.Laut.5-10.Milimeter.Per.Tahun 




Kenaikan Paras Muka Laut 5-10 Milimeter Per Tahun


Pemandangan sore hari di Pantai Bintan Lagoon Resort.
JAKARTA, KOMPAS.com - Dari hasil pemantauan di beberapa lokasi, laju kenaikan paras muka laut Indonesia mencapai 5-10 milimeter per tahun, jauh di atas perkiraan kenaikan paras muka laut global yang diperkirakan 1,5 milimeter per tahun.
Laju kenaikan rata-rata paras muka laut Indonesia itu dipengaruhi oleh enam faktor, tetapi tidak didominasi perubahan iklim. Demikian diungkapkan Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Subandono Diposaptono, Selasa (15/12).
Menurut dia, data kenaikan paras muka laut di Indonesia diambil beberapa instansi. Dari pemantauan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional diperoleh data di Jakarta, Semarang, Jepara, Batam, Kupang, Biak, dan Sorong yang angkanya 5-10 mm per tahun.
Hasil penelitian Institut Teknologi Bandung memperlihatkan laju kenaikan paras laut di Belawan 7,83 mm per tahun, Jakarta 4,38 mm, Semarang 9,27 mm, dan Surabaya 5,47 mm per tahun. Pemantauan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk Panjang, Lampung, menunjukkan laju kenaikan 4,15 mm per tahun.
Enam faktor
Menurut Subandono, kenaikan paras muka laut sebagai dampak perubahan iklim hanya dipengaruhi dua proses, yaitu pencairan es di kutub dan proses pemuaian air laut akibat pemanasan global. ”Seluruhnya ada enam faktor penyebab,” katanya.
Faktor-faktor lainnya, lanjutnya, adalah meliputi dampak perubahan kerak bumi akibat aktivitas tektonik—penurunan tanah akibat gempa atau aktivitas seismik dan pemampatan tanah akibat kondisi tanah yang labil.
Selain itu, ada penurunan tanah akibat aktivitas manusia, misal pengambilan air tanah, ekstraksi gas dan minyak, atau pembebanan dengan bangunan.
”Faktor keenam, yaitu adanya variasi akibat fluktuasi iklim seperti fenomena La Nina yang membawa aliran air hangat dari Samudra Pasifik ke Indonesia,” kata Subandono. Menurut dia, enam faktor penyebab kenaikan paras muka laut itu penting diketahui untuk menetapkan agenda adaptasi dan mitigasi.
Indonesia terus mendorong perhatian dunia terhadap dampak perubahan iklim di laut. Ini ditengarai dengan makin rusaknya terumbu karang dunia ataupun ekosistem kelautan lainnya. Delegasi Indonesia untuk Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, melalui surat elektronik menyampaikan telah menggagas kegiatan paralel Hari Kelautan (The Ocean Day) pada 14 Desember 2009, dibuka Pangeran Monako HSH Prince Albert II.
Mantan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP Indroyono Soesilo dalam kegiatan paralel itu menekankan pentingnya pengarusutamaan dimensi kelautan dalam proses negosiasi perubahan iklim global.
Menurut Indroyono, program mengatasi dampak perubahan iklim dalam kaitan pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) perlu diwujudkan secara nyata. Kegiatan paralel dihadiri sekitar 150 peserta dari 39 negara yang menaruh perhatian terhadap isu kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang perlu segera ditangani. (NAW)

Wednesday, April 21, 2010

Tambahan pengetauan soal MARITIM


Indonesia Jangan Menyerah Sekalipun Sulit Implementasikan Inpres Pada Tahun 2011 Mendatang

Jakarta (Berita): Indonesia diharapkan jangan langsung menyerah sekalipun meskipun sulit mengimplemantasikan Instruksi Presiden (Inpres) No 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional pada tahun 2011.
Oleh sebab itu pemerintah sebaiknya bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengimplementasikan Inpres No tahun 2005. Sebab dalam Inpres itu, sejak awal tahun 2011, seluruh kapal pengangkut barang (cargo) maupun penangkap ikan harus menggantikan posisi kapal berbendera asing yang selama ini menguasai 65 persen angkutan cargo Indonesia.
Untuk diketahui, industri galangan kapal yang ada saat ini hanya sekitar 200-an dan yang operasional hanya 100-an.  Karenanya Indonesia harus menambah alokasi APBN untuk segera membangun industri komponen perkapalan dan mengepektifkan seluruh industri galangan kapal nasional menjalankan perintah Inpres No 5/2005 tersebut.
“Produk domestik kita selama ini diangkut kapal berbendera asing. Nah tahun 2011 sesuai Inpres, harus dialihkan ke kapal milik Indonesia. Tetapi sampai sekarang kita belum memiliki armada. Produk industri kita 65 persen diangkut kapal asing. Bayangkan kalau itu diangkut kapal kita sendiri, rakyat kita pasti semakin sejahtera,” ungkap Direktur Industri Maritim dan Jasa Keteknikan Departemen Perindustrian Ir Soerjono MM kepada wartawan di kantornya, Senin [08/06].
Menurut Soerjono, Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim dan memiliki ribuan pulau-pulau yang tersebar di seantero nusantara memerlukan ribuan kapal pengangkut produk ekspor. Namun yang tidak kalah penting adalah memproduksi  kapal penangkap ikan (standaerdize fishing vessel) dan kapal patroli lainnya.
“Saya itu siap kalau disuruh jongkok. Asalkan dibangun industri komponen perkapalan di Indonesia. Anda bisa bayangkan, negara kita ini negara maritim. Lautnya tersebar di mana-mana. Tapi kapal patroli ikan kita (DKP) cuma 23 unit. Makanya ikan-ikan kita dijarah oknum asing (ilegal fishing). Harusnya kapal patroli kita itu minimal 80 unit. Ironisnya lagi, meski negara maritim, tapi rakyat kita kekurangan ikan,” tambahnya.
Dia mengakui, Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 5.000 unit kapal penangkap ikan berteknologi canggih dan memiliki daya jelajah hingga ke laut dalam, seperti  seri Standaerdize Fishing Vessel berbobot 70 DWT.
Untuk memproduksi kapal itu sekaligus membangun industri komponen memerlukan biaya sangat besar. Itulah yang membuat pemerintah dan swasta tidak mampu membangunnya. Kendati demikian, pejabat eselon dua kelahiran Gresik (Jatim) tetap berharap Indonesia harus memiliki industri perkapalan mutahir guna mengamankan laut dari aksi penjarahan maupun aksi-aksi provokasi internasional seperti kasus Pulau Ambalat.
Atas kecintaannya terhadap keamanan laut Indonesia, pejabat satu ini memutar otaknya. Dia pun rela mondar-mandir menapaki pintu ke pintu yang lainnya untuk menggugah para bohir agar bersedia membangun industri komponen perkapalan berstandar internasional di Indonesia seperti milik Hyunday Korea Selatan, umpamanya.
“Saya ke sana ke mari dan sudah bertemu dengan para bohir seperti Direksi Pertamina, Direksi BP Migas. Bohir-bohir  itu sangat well come dan antusias. Kita tinggal menunggu waktu kapan dilakukan. Saya berharap Indonesia bisa mencontoh Korea selatan dan Jepang.
Mereka sebelum populer di industri otomotif seperti sekarang, dulunya juga bergerak di industri komponen perkapalan. Itulah batu Korea dan jepang menuju sukses seperti sekarang. Kenapa kita tidak menirunya mereka,” imbuhnya.
Kapal-kapal penangkap ikan yang mendesak untuk dibuat di Indonesia, adalah kapal seri Standaerdize Fishing Vessel berbobot 70 DWT, lengkap reprigerator, cool storege seharga Rp12 juta dolar AS. Kapal ini memiliki daya jelajah sampai ke laut dalam.
“Kapal ini sangat bagus dan mampu menangkap ikan di laut dalam untuk menangkap ikan Tuna umpamanya. Kalau kapal ikan yang dipakai DKP hanya mampu beroperasi di 12 mil laut saja. Jadi kurang bagus lah,” ujarnya.
Selain itu, Soerjono juga mengingatkan supaya pemerintah dan swasta jangan sampai terlambat mengantisipasi Inpres No 5 tahun 2005. Pasalnya kalau terlambat, maka Indonesia akan kehilangan peluang emas. Sebab Arrest Of Ships dari International Marine Organization (IMO) sedang di ratifikasi di DPR RI. Konon kabarnya tinggal tanda tangan.
”Mata londo-londo itu mbelalak (nelotot). Kalau ratifikasi Arrest of Ships sudah ditandatangani, pasti jadi rebutan orang asing. Bisa-bisa Indonesia kecolongan. Oleh sebab itu, sebaiknya pemerintah dan swasta mempersiapkan diri dari sekarang,” imbaunya.
Asal tahu saja, di bidang agribisnis dan agroindustri, sektor perikanan termasuk salah satu penyumbang devisa negara nonmigas cukup besar bersama sektor kehutanan dan perkebunan. Sesuai dengan sasaran yang diharapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun 2005 – 2009, kontribusi sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2009 diharapkan mencapai 5,10%.
Kemudian dari sisi produksi perikanan sebanyak 9,7 juta ton, nilai ekspor perikanan US$5 miliar, konsumsi ikan penduduk 32,29 kg/kapita/tahun, dan
penyediaan kesempatan kerja kumulatif sebanyak 10,24 juta orang.
Selama ini pasar utama ekspor hasil perikanan Indonesia masih ditujukan ke Jepang, Uni Eropa dan AS dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 26%, 14% dan 34%. Untuk negara-negara kawasan Asia Timur dengan pangsa pasar sekitar 20%, negara tujuan utama ekspor produk perikanan antara lain ke Korea Selatan, Thailand, Singapura, Hongkong dan Taiwan. (olo)

Tuesday, April 20, 2010

Galangan Kapal: modal besar slow yielding, itu sebabnya


Masih Dipandang Sebelah Mata
Sunday, 18 April 2010
INDUSTRI perkapalan di Indonesia berpotensi memiliki daya saing di dunia. Setidaknya hal itulah yang diungkapkan Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo).

Di mana pertumbuhan permintaan bangunan kapal baru di Indonesia berkembang secara signifikan.Tetapi, permintaan yang berkembang tersebut tidak bisa diimbangi dengan kemampuan memproduksi kapal baru. Meski pertumbuhan galangan kapal nasional (galkapnas) didukung Inpres 5/2005 dan UU 17/ 2008,tetap saja perkembangannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Iperindo, ada sejumlah faktor yang menjadi penghambat perkembangan galkapnas. Di antaranya faktor kebijakan moneter dan fiskal, masih sulitnya mengakses dana perbankan, dan tingginya bunga yang dibebankan kepada industri perkapalan. Menurut dosen Fakultas Teknik Kelautan Universitas Dharma Persada Donny Achiruddin, harga kapal yang dihasilkan industri dalam negeri kurang kompetitif dibanding sejumlah negara, termasuk negara tetangga.

Hal ini disebabkan industri galangan kapal harus membayar pajak dua kali lipat. Sebagian besar komponen (sekitar 70–80% ) masih impor dari luar negeri. Pada proses impor perusahaan dibebankan pajak sekitar 10%. Pajak 10% juga diwajibkan ketika penjualan kapal. Hal ini berbeda dengan sejumlah negara lain yang tidak menerapkan dua kali pajak. ”Pembebanan dua kali pajak pada industri perkapalan tentunya akan membuat harga kapal di dalam energi lebih besar dibanding negara lain,”kata Donny. Masalah lain yang perlu mendapat perhatian adalah keterlibatan pembiayaan perbankan.Menurut Donny,selama ini perbankan enggan menyalurkan kredit kepada industri perkapalan. Mereka beranggapan, industri perkapalan penuh risiko karena kontrol terhadap industri ini sulit.

”Mereka sepertinya beranggapan kapal mudah saja hilang di laut,” tukas Donny. Selain itu, jika mereka mengajukan kredit, yang menjadi jaminan untuk pihak bank harus berupa barang yang ada di darat, seperti tanah. Sedangkan kekayaan di laut seperti kapal tidak bisa dijadikan jaminan.Artinya, dana dari perbankan pun tidak mudah turun untuk industri perkapalan. Akibatnya, sering kali perusahaan yang akan membuat kapal harus membebankan dana awal pada pihak pemesan, misalnya hingga 50% dari dana pembuatan kapal. ”Hal ini cukup memberatkan. Padahal, perkapalan adalah industri padat karya,” kata alumnus Institut Teknologi Sepuluh November ini. Kendala itu ditambah dengan besarnya bunga yang harus dibebankan kepada industri perkapalan. Dalam hal ini, berlaku mekanisme pasar. Besarnya permintaan modal kredit perbankan dari industri perkapalan yang tidak diimbangi dengan penyediaan dana menyebabkan bunga yang dipatok perbankan pun besar.Akibatnya, berimbas pada daya saing industri perkapalan Indonesia.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawandy juga mengakui, pendanaan untuk investasi dan modal kerja belum mendapatkan dukungan perbankan. Iklim usaha juga tidak kondusif. Dia mencontohkan, untuk industri pelayaran telah dibebaskan beban PP 10% tetapi bahan baku dan komponen kapal untuk industri perkapalan tetap dikenakan. ”Sehingga, menjadi biaya bagi industri perkapalan. Dan ini, akhirnya membuat tarif dok dan perkapalan menjadi tidak kompetitif,” kata Edy. Selain dua faktor di atas, fasilitas yang dimiliki industri sebagian besar sudah tua (out of date). Masalah lain adalah selama ini lahan yang digunakan industri galpanas sebagian besar berada di daerah kerja pelabuhan dan hak pengelolaan lahan (HPL)-nya dikuasai PT Pelindo.

Iperindo berharap, dengan telah terbitnya UU 17/2008 tentang pelayaran dan diikuti adanya PP 61/2009 tentang kepelabuhan diharapkan penguasaan lahan daratan dan perairan yang selama ini HPLnya dikuasai PT Pelindo, konsesinya akan beralih kepada pemerintah dalam otoritas pelabuhan. Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mengatakan, usia peralatan dalam industri perkapalan sudah tua menimbulkan sejumlah permasalahan. Misalnya, kapasitas penggunaan alat tersebut menjadi sangat terbatas. Dia mencontohkan crane, alat yang dipergunakan untuk memindahkan bahan berat tersebut, dalam industri kapal seperti baja,banyak yang sudah usang.Akibatnya, daya angkut untuk mengangkat sesuatu pada industri perkapalan menjadi terbatas dan membutuhkan waktu lama.

Contoh lain adalah alat untuk tempat perbaikan kapal juga banyak yang sudah uzur.Hal ini akan berdampak pada daya saing industri perkapalan dalam negeri.Apalagi industri perkapalan dalam negeri kebanyakan didominasi pada perbaikan kapal daripada pembuatan kapal baru. Sekalipun ada pembuatan kapal baru,umumnya kapal-kapal kecil misalnya kapal berlambung fiber. Kendala lain adalah masih sangat tergantungnya industri perkapalan pada HPL yang ”numpang” pada PT Pelindo. Menurut Siswanto, dengan status ”numpang” ini membuat industri perkapalan dengan mudah dianaktirikan. Misalnya, jika ada antrean kapal antara dalam proses perbaikan dan bongkar muat, tentu dengan mudah Pelindo mendahulukan yang bongkar muat,yang tentunya lebih menghasilkan pemasukan.

Akibatnya,kapal yang akan mengalami perbaikan tidak mudah masuk pada galangan kapal yang memang masih berada di areal pelabuhan tersebut. Padahal,jika ada kelebihan keleluasaan lahan di pelabuhan bukan tidak mungkin industri kapal lebih berkembang. Industri perkapalan bisa lebih terkumpul dalam satu lokasi dan memudahkan proses pembuatan kapal. Misalnya, pabrik atau pemasok permesinan, galangan kapal, pabrik rantai kapal,dan lainnya bisa berkumpul di satu tempat yang menjadi kluster maritim. Saat ini industri perkapalan di Indonesia masih terpisah-pisah dan lokasinya berjauhan. Antara galangan, permesinan, dan bahan tidak di satu tempat yang berdekatan sehingga akan membuat cost yang lebih besar.

Berbeda misalnya dengan Singapura di mana tempatnya tidak berjauhan.Misalnya,perusahaan galangan kapal milik Singapura ada di Batam,kemudian mesinnya ada di Singapura, begitu juga sejumlah kebutuhan industri kapal lainnya yang jaraknya berdekatan. Hal ini membuat daya saing bisa lebih ditingkatkan. Karena itu, Iperindo mengharapkan agar daya saing industri galangan kapal nasional bisa lebih meningkat perlu adanya sejumlah dukungan dari pemerintah.Seperti dukungan permodalan di dalam proyek pembangunan kapal, juga adanya suku bunga khusus bagi industri perkapalan dan memberikan insentif pajak.Perbankan juga diharapkan tidak memberlakukan pengenaan collateral 135–150% dari jumlah pinjaman.

Iperindo juga mengharapkan perlu memperluas PP 38/2003 agar industri galangan kapal juga mendapatkan PPN sama seperti pada perusahaan pelayaran. Harapan lain adalah perlu pelaksanaan equal treatment antara impor kapal (seutuhnya) dengan impor komponen kapal. (abdul malik/islahuddin) 

Saturday, April 3, 2010

Kapal ini di design oleh para ahli SWISS, yang tidak punya laut. Dibuat di Jerman



SOLAR CATAMARAN PERTAMA DI DUNIA




Turanor,Kapal Bertenaga Matahari Pertama di Dunia
Sunday, 04 April 2010
KIEL (SI) – Industri perkapalan Jerman baru saja memperkenalkan produk mutakhir,Turanor.Kapal ini disebut-sebut sebagai kapal bertenaga matahari pertama dan terbesar di dunia.


Siapa pun pasti menyebut kapal ini istimewa karena berbeda dari kapal-kapal yang pernah diciptakan manusia.Kapal ini berukuran besar dan tipis untuk ukuran sebuah kendaraan air. Turanor memiliki luas 5.400 kaki persegi. Nama Turanor diambil dari istilah yang diciptakan novelis JRR Tolkein. Dalam novelnya, Lord of the Rings,Tolkein kerap menyebut Turanor.Dia mengartikan Turanor sebagai “kekuatan matahari”. Rabu (31/3) lalu,Turanor diterjunkan ke atas permukaan air untuk pertama kali di pantai utara Kiel, Jerman. Nakhoda yang mendapat kehormatan menguji coba adalah Raphael Domjan.

“Ini adalah saat yang membahagiakan untuk saya,” paparnya. Sebagai nakhoda,Domjan adalah orang penting yang berada di balik kesuksesan Turanor.Dia pun sudah tidak sabar lagi menantikan momen peluncuran Turanor.“Saya tidak sabar menakhodai Turanor,” katanya. Kapal megah dan mutakhir ini adalah bukti kualitas kerja arsitek Swiss selama enam tahun terakhir. Kapal mutakhir ini belum diluncurkan secara resmi karena momen yang terjadi Rabu lalu adalah uji coba awal terhadap kemampuan dan ketangguhan Turanor. Pemilik kapal, Immo Stroher, tidak bisa menutup rasa bangganya terhadap Turanor. “Kita berhasil.Turanor benar-benar berlayar,” katanya seraya menghapus air mata. Tentu bukan air mata kesedihan, melainkan air mata bahagia.

Pada momen bersejarah itu Stroher tidak datang sendirian. Dia mengajak keluarga besarnya untuk menyaksikan kehebatan Turanor. Cucu perempuan Stroher tampak antusias menyaksikan uji coba pertama Turanor. Dia membuka botol sampanye, kemudian mengajak semua tamu untuk bersulang. “Semoga Anda selalu memperoleh air di bawah haluan dan matahari yang cukup di atas dek kapal Anda,” katanya. Turanor didesain sanggup melaju hingga kecepatan 7,5 knot, atau setara dengan kecepatan ratarata kapal tanker minyak. Konstruksi Turanor dibuat dengan gaya katamaran. Kapal ini membuktikan sinar matahari merupakan sumber tenaga yang aman dan berkualitas baik. Rencananya, kapal raksasa ini resmi diluncurkan April 2011.

Jika tidak ada aral melintang, Turanor akan mengelilingi dunia. Awalnya Turanor akan melintasi Samudra Atlantik, singgah sebentar di New York dan San Fransisco, kemudian melanjutkan perjalanan ke Australia dan Arab Saudi. Turanor akan berlabuh selama beberapa waktu di pelabuhan Arab Saudi, sebelum akhirnya berlayar pulang ke Jerman. Domjan berharap, perjalanan Turanor sesuai dengan estimasi waktu yang sudah disusun bersama. “Pelayaran pertama akan berlangsung selama 140 hari,” kata sang nakhoda Turanor.Menurut Domjan, Turanor adalah simbol daya guna energi matahari di masa mendatang.“ Semoga semua setuju dengan pemikiran saya,”paparnya. Rancangan Turanor dirilis pertama kali pada 2004.

Setelah rancangannya disetujui, para arsitek PlanetSolar SA lekas bekerja.Mereka membentuk tim khusus yang terdiri dari arsitek dan teknisi unggul. Setahun lalu potongan badan Turanor dibawa ke galangan kapal Knierim Yachtbau. Turanor sudah pasti menjadi kebanggaan Jerman. Pemerintah mengaku senang dengan kinerja PlanetSolar SA dan hasil akhir Turanor.“ Belum pernah ada kapal seperti ini,” tutur perwakilan Asosiasi Kapal Jerman, Claus Ehlert- Meyer, kepada media massa.

Ehlert-Meyer pantas bangga, sebab Turanor diciptakan dengan dukungan teknologi mutakhir. “Kami mendayagunakan teknologi yang baru. Turanor dibangun dengan gaya konstruksi terbaru,” paparnya. (Guardian/The China Post/ anastasia ika)



World's largest solar yacht unveiled
By Rachael Brown in London
Posted Fri Apr 2, 2010 8:04am AEDT
The world's largest solar yacht has been launched in northern Germany, ahead of its round the world attempt.
The Turanor takes its name from the Elvish language of JRR Tolkien's Lord of the Rings, and means "power of the sun".
Launched from Germany's northern port of Kiel, the yacht is set to sail around the world, powered by its 500 square meters of solar panels.
Its Swiss skipper Raphael Domjan says he hopes to deliver the message that a cleaner planet is possible.
He hopes to complete the trip in 160 days, via a route specially chosen to capitalise on the sun.
Without sunshine, the Turanor can still travel for three days on stored energy.


Solarkatamaran Turanor fertggestelltSolarkatamaran Turanor fertggestellt
Solarkatamaran Turanor fertggestellt
Heute, nach einer Bauzeit von gut 14 Monaten, ist ein ganz besonderes Schiff vom Stapel gelaufen. Die Rede ist von dem Solar-Katamaran “Turanor”, der im Jahr 2011 die Welt umrunden soll und das ohne auf konventionelle Energieträger zurückzugreifen.
Das Schiff wurde in Kiel von Howaldtswerke-Deutsche-Werf gefertigt und bedient sich der Solarenergie, um seine 4 Elektromotoren anzutreiben. Der Katamaran misst immerhin 31 Meter und ist Solarmodulen ausgestattet, die mit 500 Quadratmetern Gesamtfläche fast das ganze Schiff bedecken. Das Schiff wird von drei Männern bedient und soll bei einer durchschnittlichen Geschwindigkeit von 8 Knoten in 140 Seetagen die Welt umrunden.
Die 4 Motoren der Turanor leisten insgesamt rund 250 PS. Damit der Katamaran auch bei Nacht und schlechter Witterung fahren kann, sorgt eine 12 Tonnen schwere Batterie-Anlage dafür, dass bis zu 1,3 Megawattstunden Energie gespeichert werden können.
Die ganze Aktion ist in erster Linie als Promo für die erneuerbaren Gedacht und wird von den Medien genau beobachtet. Ein Erfolg der Aktion hätte sicherlich einen positiven Effekt auf das Image der erneuerbaren Energien.
Neu ist die Idee nicht. Bevor Motoren erfunden wurden, machte sich der Mensch bereits die Windenergie als Antriebskraft für Schiffe zu nutzen.
Author

Go to fullsize image