Anwari Doel Arnowo - Minggu, 21 Desember 2008
MARITIM
Saya gunakan istilah rompak dalam tulisan yang lalu, karena saya selalu mengingat-ingat kata itu dari guru Bahasa Indonesia yang pernah mengajar di masa belajar di Sekolah Menegah Pertama. Kami para pelajar selalu cepat ingat kata yang aneh yang diajarkan. Keterangannya adalah: perbuatannya sama dengan kata rampok, hanya saja karena berbeda tempat di mana dilakukan, perbuatan rampok itu yang dilakukan di daratan dan rompak dilakukan di lautan. Meskipun pada waktu itu tidak seorangpun murid di kelas kami pernah mempunyai pengalaman di laut, akan tetapi kami tidak juga pernah menanyakan kepada pak Guru bagaimana cara-caranya merompak itu? Tentunya ada rasa takut terhadap masalah merampas harta orang lain, yang menggunakan istilah rampok itu. Rampok dalam bayangan kita hanya dengan menggunakan senjata golok dan pisau saja. Sedang rompak? Tak terbayangkan bagaimana caranya merompak di laut. Adalah lucu sekali saya sendiri pernah mencari asal kata Maritim, di dalam Maritime Dictionary yang tebal hampir seribu halaman, tidak menemukan definisi kata itu sendiri. Jadi kalau saya menerjemahkan kamus itu, maka tentu saja tidak akan ada kata: maritim, apalagi kata rompak. Di dalam buku Tesaurus Bahasa Indonesia definisi yang diberikan sebagai persamaan kata maritim adalah: bahari, kelautan dan nautikal.
Saat inipun saya masih mengagumi bagaimana sebuah atau beberapa kapal kecil di perairan laut di sebelah Timur Somalia itu, merapat ke sebuah kapal seperti halnya Sirius Star yang mempunyai ukuran sebesar itu.
Kapal ini mempunyai kedalaman (Dalam atau Depth – D huruf besar) adalah jarak antara deck teratas (Upper Deck) dengan lunas (Keel - bagian paling bawah dari kapal) yang 31 meter; mempunyai draft (d huruf kecil – jarak dari permukaan air waktu muatan penuh sampai lunas kapal – keel, yang 22 meter). Pada waktu perompakan itu dimulai, kapal berlayar (melaju akan lebih tepat tentu saja karena tidak ada layarnya). Dengan mengurangi jarak D dengan d maka diperolehlah berapa jarak antara dek kapal-kapal kecil yang digunakan oleh para perompak, yaitu (31 dikurangi dengan 22) = 9 meter saja. Jarak ini kira-kira sama dengan kalau kita mendaki dari lantai satu ke lantai tiga di sebuah gedung hunian bertingkat. Itulah situasi nyata pada waktu Sirius Star melaju dengan kecepatan normalnya dan sedang memuat dua juta barrel minyak mentah (kira-kira 320000 – tiga ratus dua puluh ribu meter kubik). Jumlah sekian barrel ini adalah kapasitas muat maksimum dari kapal ini, menjadikannya “tenggelam” sampai batas garis d –Draft. Di garis ini biasanya biasa ditandai dengan sebuah lingkaran yang dipotong oleh beberapa garis horizontal dan garis tengahnya adalah persis dimana huruf d ini ditempatkan, adalah tempat tanda bahwa kapal tersebut bermuatan maksimum atau penuh dan biasa digunakan dengan istilah fully loaded. Tanda ini adalah tanda resmi dari Biro Klasifikasi yang dianut oleh pembangun kapal ini di Korea, yakni: DSME (Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering).
Dengan naik setinggi sembilan meter dari geladak kapal para perompak menuju ke deck Sirius Star, sambil menyesuaikan lajunya dengan kapal korban, maka diperlukan latihan yang cukup lama untuk bisa melakukan lompatan dimaksud. Apalagi disertai beban berupa senjata-senjata letup yang harus disandang para perompaknya, berikut kelengkapan peluru-pelurunya.
Hal ini terjadi pada satu bulan yang lalu yakni pada hari Sabtu tanggal 15 Nopember 2008 sekitar pukul 10.00 pagi.
Itulah pembajakan (perompakan) pertama kali yang pernah terjadi terhadap sebuah kapal berukuran besar yang istilah resminya adalah VLCC Very Large Crude Carrier, SIRIUS STAR ini berkapasitas 162000 Gross Ton atau 318000 DWT (Dead Weight Ton).
Sejak kapal ini dibajak, kapal diarahkan ke pantai Somalia ke pelabuhan Harardhere, kemudian berita simpang siur berhamburan. Tujuannya tiada lain adalah uang tebusan: ada yang menyebut sampai sejumlah 50 juta USDollar, bervariasi. Berita menjadi simpang siur karena muatan minyak mentah kalau dinilai dengan harga minyak mentah yang berlaku pada waktu itu, nilainya adalah 100 juta USDollar. Ini belum dihitung dengan harga pembuatan kapalnya sendiri yang masih dalam keadaan baru (satu tahun lalu diluncurkan). Pada tanggal 20 Nopember para perompak ini minta uang tebusan sebesar USDollar 25 juta dan memberikan batas waktu selama sepuluh hari lamanya. Mohamed Said salah satu dari tim perunding mengatakan bahwa: “Oleh karena kami tidak menghendaki perundingan jangka panjang, oleh karena Saudi Arabia bisa memberikan toleransi selama 10 hari, kalau tidak maka kita akan membuat tindakan yang sifatnya bisa memporak-porandakan perundingan. Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband menolak bahwa Inggris akan mau membayar uang tebusan dalam bentuk apapun. Dia juga mengatakan: “Ada pendapat yang kuat di dalam Pemerintahan Inggris, dan juga di masyarakat internasional, bahwa pembayaran tebusan untuk membebaskan sandera akan malah memberi anjuran atau dorongan untuk perbuatan pembajakan di kemudian hari.” Pada tanggal 24 Nopember, menurut pemberitaan, para pembajak setuju untuk menurunkan tuntutan mereka dan menjadi hanya USDollar 15 juta saja.
Reuter News melaporkan bahwa sebuah gerombolan kecil dari pemberontak Islam dari Somalia berencana menyerbu dan memerdekakan Sirius Star, karena menganggap para pembajak ini telah membajak sebuah kapal milik orang Islam. Ancaman kaum Islam militan ini telah menyebabkan para pembajak terpaksa mundur menjauhi pelabuhan sejauh seratus kilometer. Salah seorang juru bicara Islam Militan mengatakan: “Kami tidak setuju dengan perbuatan ini dan kami akan memburu kapal ini ke manapun arahnya dan memerdekakannya.”
Pada tanggal 15 Desember yang lalu, diberitakan bahwa kemungkinan perundingan pembayaran uang tebusan akan selesai dan dalam tiga hari kemungkinan kapal akan sudah bisa dibebaskan. Berita ini juga menyebutkan bahwa sampai saat ini belum dikabarkan adanya anak buah kapal yang dicederai; mereka berasal dari Inggris, Polandia, Croatia dan Saudi Arabia dan jumlah keseluruhannya 25 orang ABK (Anak Buah Kapal).
Sudah menjadi impian para Naval Architects pada tahun 1961an, bahwa akan ada kapal sebesar ini, semua alat-alatnya akan otomatis dan menggunakan komputer keseluruhannya. Tangki-tangki ballast (mengisi dan mengurangi air ballast) untuk menyeimbangkan stabilitas, kemiringan kapal menjadi normal datar secara cepat, dilakukan dengan komputer-komputer. Oleh karena itu sebenarnya dibutuhkan hanya sepuluh orang saja untuk bisa membuat kapal ini melaju di atas air dengan aman. Akan tetapi karena masalah jauhnya perjalanan yang akan memakan waktu sekian hari, pergantian jam bertugas, maka diperhatikan juga mengenai masalah kesepian. Dengan mudah kita dapat memakluminya mengapa kapal ini menggunakan 25 orang ABK, bukan lebih sedikit. Saya yakin justru dengan kejadian seperti ini, maka ABK untuk selanjutnya akan membesar jumlahnya, mengingat perlunya penambahan petugas keamanan serta alat-alat bantu keamanan dan juga komunikasi. Kalau perlu sebuah helicopter kecil bisa juga menjadi peralatan standar untuk pertahanan.
Dalam kasus pembajakan kapal yang meliputi banyak kapal di luar Sirius Star, ada sekitar 22 yang berhasil dibajak dan hampir setengahnya telah dibebaskan, saat tulisan ini disiapkan masih ada sekitar 300 orang ABK yang masih terikut disandera oleh para perompak.
Hari ini diberitakan di sebuah surat kabar di Singapore bahwa kapal NAUTICA, sebuah kapal Cruise khusus untuk penumpang pariwisata berkapasitas 30000 ton datang dan berlabuh di Singapore beberapa hari yang lalu (17 Desember 2008). Kedatangannya ke Singapore untuk docking setelah perjalanan dari Eropa. Pada tanggal 30 Nopember yang lalu Nautica sedang berada di dalam perjalanan melalui Teluk Aden yang berbahaya itu. Pada suatu saat ada dua buah kapal dalam jarak satu kilometer jauhnya. Nautica melakukan manuver menghindarkan diri secara berkali-kali, ketika kapal-kapal kecil itu atau speedboat menunjukkan niat untuk melakukan arah yang memotong jalur yang sedang dilalui oleh Nautica. Kedua kapal ini mendekat sampai sedekat 270 meteran dan dikisahkan terdengar delapan kali tembakan. Wartawan berhasil mendapatkan keterangan dari awak kapal bahwa mereka menggunakan sebuah alat baru bernama LRAD untuk mengusir para pengganggu itu. LRAD it adalah Long Range Accoustic Device kerjanya bisa mengirimkan gelombang suara yang bisa menyakitkan pendengar, musuh yang ada di seberang sana. Meskipun hal ini belum bisa dibuktikan efektifitasnya, bukan mudah mendapatkan keterangan dari perusahaan pengelolanya secara resmi. Meskipun demikian reporter berhasil mewawancarai dua orang ex penumpang yang turun dari kapal di Singapura. Mereka adalah: Bob Robiller, 75 tahun seorang pensiunan berbangsa Amerika Serikat, yang mengatakan bahwa para penumpang di kapal tidak ada yang takut. Yang seorang lainnya adalah juga seorang pensiunan asal Canada bernama David MacDonald yang berkata: “Kami melihat kapal-kapal itu. Beberapa tembakan dilepaskan akan tetapi kapal kami melesat menjauh dan melarikan diri. Itu bukan sesuatu peristiwa yang besar seperti diberitakan oleh media. Tidak ada bahaya yang perlu ditakutkan. Tetapi semua ABK memang meminta kami untuk menjauhi semua jendela. Memang kapal-kapal itu telah berada di dalam jarak yang cukup dekat.” Dua orang pensiunan dari Canada yang lain, Hal dan Cathy Hillgren sedang berada di atas dek ketika dor-dor suara senjata terdengar. Lebih banyak lagi suara tembakan terdengar. “Kami melihat kapal-kapal kecil disebelah kami berada dan kami melihat sekitar 3 atau 4 orang di setiap kapal itu.” Kata Hal Hillgren yang berusia 58 tahun itu. “Lihatlah nanti kalau kami telah sampai kembali ke tanah air, akan lebih banyak yang bisa kami ceritakan, kata Cathy Hillgren (57) sambil tertawa. Salah seorang dari ABK Nautica mengatakan bahwa mereka mendapat perintah untuk tidak memberikan apapun berupa komentar mengenai percobaan perompakan itu, terutama mengenai penggunaan LRAD. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka memberikan reaksi seperti sudah pernah dilakukan dalam training sebelumnya. Untuk tambahan data: Nautica itu seperti halnya kapal sejenis yang modern akan bisa mencapai kecepatan, tergantung situasi tinggi gelombang laut, antara 25 sampai 30 Knots (1 Knot sama dengan satu Nautical Mile = 1,852 – seribu delapan ratus lima puluh dua meter per jam). Dengan kecepatan seperti itu berarti hampir sama dengan kecepatan di darat pada sekitar 50 kilometer per jam, rata-rata kapal biasa tidak akan dapat menandinginya. Itulah sebabnya mengapa ada yang mengatakan bahwa kalau Nautica dapat melaju dengan kecepatan terus menerus seperti itu, mereka meyakini peristiwa seperti pembajakan tidak akan bisa menimpa kapal penumpang tergolong mewah ini, dalam waktu dekat. Nautica mempunyai multi dek yang saya perkirakan sekitar 10 dek dan berisi kamar-kamar tidur para penumpang seperti layaknya hotel kelas atas dengan semua fasilitas kelas satunya. Pada bulan lalu Nautica memasuki periode perjalanannya yang 32 hari dari Roma ke Singapura dengan penumpang sebanyak 656 penumpang dan 399 ABK, di bawah kelola perusahaan bernama Oceania. Meskipun telah terjadi hal seperti itu, Oceania tidak mempunyai rencana alternatif untuk merubah rute menjadi berputar mengelilingi Afrika, melalui Tanjung Harapan. Selain jaraknya mejadi lebih jauh dan tidak lagi ekonomis serta tidak bisa menarik para turis, rute yang lama masih dirasa nyaman.Menyikapi masalah kejahatan yang satu ini, CNN banyak memberitakan armada yang menyiapkan patroli kapal-kapalnya dari Amerika Serikat, Kerajaan Inggris Raya, Arab Saudi dan India. Bahkan Iranpun menyiapkan kapal-kapalnya khusus pencegahan perompakan di masa datang. Jangan lupa Angkatan Laut China juga disiap-siagakan.
Sekarang timbul pertanyaan yang amat mendesak, kembali muncul.
Bagaimana peranan Indonesia dalam hal ini, apa yang diWACANAkan?
Tidakkah kita ikut siap dan waspada, bersikap mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan yang semacam ini dan dengan cara bagaimana?
Apa yang bisa kita buat, apabila kapal seperti ini melaju melalui Indonesia lengkap dengan para pembajaknya berada di atas kapal?
Ingatlah bagaimana kondisi Angkatan Laut dan Marinir kita, juga Polisi Perairannya?
Kapankah bisa memadai seperti yang seharusnya dibutuhkan oleh Indonesia?
Bukankah Selat Malaka sering dilalui kapal-kapal tanker?
Bahwa dari Timur Tengah menuju ke Jepang kapal-kapal tanker juga harus sering melalui perairan dalam di Indonesia? Selat Lombok misalnya ..
Jangan pertanyaan-pertanyaan ini dianggap sebagai bentuk sinisme!
Hari ini saya sedikit terkejut membaca bahwa PBB telah menyetujui untuk melakukan serangan-serangan ke pusat-pusat para pembajak di daratan di manapun, oleh pasukan PBB dan membolehkan juga serbuan dengan pesawat-pesawat udara. Yang dituju, utamanya, adalah negara Somalia yang sementara ini pemerintahannya hanya bisa menguasai ibukotanya saja: Mogadishu. Di luar ibu kotanya ini dan mungkin juga termasuk di dalam ibu kota juga, pemerintahannya juga tidak mampu mengelola sebagaimana layaknya. Di Somalia bertebaran titik akumulasi di mana para warlords (biang kerok kerusuhan) yang mengorganisasi para perompak ini berkumpul. Di titik simpul inilah serbuan akan dipusatkan. Sebutan untuk Somalia sekarang ini: A Failed State (Negara Gagal).
Sedih juga mendengar beberapa pengamat politik di negeri kita, Indonesia, telah sering menyebut Indonesia adalah Negara Gagal juga.
Marilah kita semuanya bangun dan bersikap sigap dan siap, mengalihkan perhatian yang beralih ke arah yang menyejahterakan dan melindungi rakyat. Kita hentikan permusuhan mengenai agama, dan antar agama, sudah lelah rasanya mendengarkan ceramah militan setiap harinya, biarpun tidak terjadi apa-apa sesudahnya sekalipun, tetapi selalu ada issue yang sulit dicegah, akibat yang ditimbulkan setelah selesai mengikuti ceramah semacam ini. Ubahlah yang seperti ini ke arah yang lebih positif, dengan mencari persamaan-persamaan antar agama dan kepercayaan sehingga seluruh lapisan rakyat baik yang beragama apapun dan yang tidak beragama, semuanya bisa bersatu padu. Undang-undang NKRI bunyinya seperti itu!! Saya ketika berumur 7 tahun pada tahun 1945, seperti juga orang-orang lain pada waktu itu, tidak melihat sedikitpun perbedaan agama yang merucing di dalam bangsa Indonesia yang baru merdeka. Itu semua karena para pemimpin dapat mengarahkan rakyat untuk menuju ke suatu titik yang sama untuk dimusuhi. Musuh waktu itu adalah penjajah belanda yang datang kembali ingin menguasai NKRI yang jelas-jelas telah diproklamasikan sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Para pimpinan (bukan pemimpin) sekarang seharusnya bisa mulai mengarahkan rakyat untuk menyerbu dan memusnahkan musuh-musuh yang ada.
Apa dan siapa musuh-musuh itu?
Mereka adalah kemiskinan, sifat-sifat tamak, kebodohan dan para pemecah belah pesatuan bangsa, semua perbuatan koruptif, semua sikap tidak jujur dan semua campur tangan dari bidang lain ke dalam pemerintahan Negara.
Kurangilah peran agama sebanyak mungkin dari pemerintahan. Kurangi issue-issue agama dan menjadikannya hanya terbatas di dalam lingkungan agama saja. Demikianpun Negara melalui pemerintahannya, sama sekali tidak patut dan layak untuk mencampuri urusan agama dan kepercayaan. Sebaiknya dikurangi issue-issue berbau politik yang menyebabkan adanya bagian-bagian dari bangsa ini menjadi bertengkar satu sama lain. Yang seperti ini hanya perlu adanya sikap dan jiwa besar para pelaku politik dan pemilik dan penyeleggara media.
Bila masih ada siapapun dia, yang tidak sanggup untuk menyetujui hal ini, maka silakan membuat perubahan undang-undangnya dahulu. Dengan demikian maka saya tidak akan bisa berbuat apapun, termasuk menulis yang seperti ini.
Kalau perubahan undang-undang seperti itu benar-benar telah terlaksana, saya akan dengan cepat dan santai saja menanggalkan keWargaan Negara saya, Indonesia.
Anwari Doel Arnowo
Minggu, 21 Desember 2008 - 15:36:29